A.
Pengertian Penyakit Hati
1.
Pengertian
Hati
Term hati berasal dari bahasa Arab al qalb, sedangkan kata al qalb
terbentuk dari akar kata qalaba yang
berarti membalik, karena ia sering kali
berbolak balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju sekali menolak. Dan
di dalam Al Qur’an banyak terdapat kata yang semakna dengan al qalb, seperti: al fuad,al lub,al nafs dan al shadr.
Secara etimologi, hati adalah segumpal daging sanubari yang lonjong
yang terletak dalam rongga dada sebelah kiri, dan dikatakan al qalb karena sifatnya yang
berbolak-balik. Sedangkan secara terminologi, hati adalah tempat munculnya
nafsu, akal, kehendak, ilmu pengetahuan, pemahaman dan keyakinan. Karena itu
hati merupakan pemimpin bagi anggota-anggota tubuh lainnya.
Menurut Abi Husain Ibn faris kata al qalb mempunyai makna pokok khalish
syai’ wa syarafuhu (inti dari segala sesuatu dan yang paling utama).Dikatakan
qalb al-insan, karena akhlash
syai’ fihi wa arfa’uhu (sesuatu yang paling inti dalam diri manusia dan
yang paling mulia).
Sedangkan menurut al –Raghib al-Ashfahani, kata al qalb berarti al-tasharruf au sharfu syai’ ‘an
wajh ila wajh (perubahan sesuatu dari satu arah ke arah lain). Dinamakan qalb al-insan li taqallubihi ‘an wajh ila
wajh yuridu (kalbu manusia, karena berbolak-balik dari arah satu ke arah
lain yang ia kehendaki) atau likatsrati
taqallubihi (karena selalu berubah-ubah).
Dalam Al-Qur’an kata al qalb
yang berasal dari akar kata qalaba
terdapat 168, 36 berbentuk fi’il
(kata kerja) dan 132 berbentuk isim
(kata benda). Dari jumlah tersebut dapat dirinci, 53 terdapat dalam surah Makkiyah dan 115 dalam surah Madaniyah.
2.
Pengertian
Penyakit
Term penyakit
berasal dari kata dasar sakit dengan tambahan awalan peny- menjadi penyakit. Sedangkan term sakit berasal dari bahasa
arab al maridl, dan kata al maridl berasal dari akar kata maridla yang berarti berubahnya
kesehatan dan ketidakstabilan suatu kesehatan setelah normal atau juga berarti
kondisi tidak normal yang khusus dialami manusia.
Dengan demikian
kata sakit jika dikaitkan dengan hati berarti hati yang tidak sehat karena
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuknya yang
bersifat baik dan benar. Dalam Al Qur’an kata maridla dan yang seakar dengannya dipergunakan untuk menunjukkan
penyakit fisik (jasmani) dan penyakit hati (rohani).
Penyakit fisik
berarti penyakit yang menyerang organ-organ fisik manusia. Sedangkan penyakit
hati berarti penyakit yang mengganggu kegiatan hati yang normal, Seperti penyakit
penyakit kufur, munafik, hasud, dengki, dan sifat-sifat tercela yang lainnya.
Kata maridla
yang mengiringi kata al qalb dalam Al Qur’an ditemukan sebanyak 10 kali.
Masing-masing terdapat dalam QS. al
Baqarah: 10, QS. al Maidah: 50, QS.
al Anfal: 49, QS. al Taubah: 125, QS. al Nur: 50, QS. al Ahzab:
12,32,60, QS. Muhammad: 20,29, dan
QS. al Mudatstsir: 31.
B.
Macam – Macam Penyakit Hati Dalam Al Qur’an
Penyakit hati secara umum dinisbatkan kepada orang-orang munafiq,
orang-orang yahudi orang-orang kafir, disamping itu juga dinisbatkan kepada orang-orang
yang imannya lemah. kekufuran dan kemunafikan merupakan penyakit hati yang
sangat membahayakan, karena dapat menyebabkan perkataan dusta, sikap dan
perilaku tercela, menghilangkan keimanan dan menghancurkan agama islam. Penyakit
hati yang menimpa orang munafiq, yahudi dan orang-orang kafir terdapat dalam
ayat-ayat Al Qur’an. Di antaranya adalah:
1.
Hati yang Bimbang dan Ragu
Dalam Q.S. al Taubah: 45, Allah berfirman;
“Sesungguhnya yang akan minta izin kepadamu, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, hati mereka ragu-ragu,
karena itu mereka selalu bimbang dengan keragu-raguan mereka”.
Ayat ini
menerangkan orang-orang munafik yang sangat penakut dan licik dalam menghadapi
peperangan. Sifat penakut ini muncul karena mereka bimbang untuk memilih antara
beriman atau kafir dan merasa ragu untuk menerima ajaran-ajaran dan kebenaran
aqidah islam.
2.
Hati yang Terkunci
Dalam Q.S. al Nisa’: 155, Allah berfirman;
“Maka (kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan) di sebabkan
mereka melanggar perjanjian-perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap
keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuk Nabi-nabitanpa (alas an) yang
benar, dan mereka mengatakan: “hati kami tertutup”. Bahkan sebenarnya Allah
telah mengunci mati hati mereka karena kekafiran mereka, karena itu mereka
tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka”.
Ayat ini
menerangkan kejelekan-kejelekan orang-orang munafik,yaitu: mereka suka ingkar
janji, kufur terhadap ayat-ayat Allah, secara terang-terangan berani membunuh
para Nabi dan utusan Allah, sedikit pun tidak mau mendengarkan nasihat dan
dakwah Rasulullah, dengan alasan: hati mereka terkunci, karena sikap dan
perbuatan mereka; hati mereka tidak bias merasakan manisnya iman dan tidak akan
mendapat petunjuk dari Allah.
3.
Hati yang Keras Membeku
Dalam Q.S. al Hajj: 53, Allah berfirman;
“Agar Dia menjadikan apa yang
dimasukkan oleh syetan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang didalam hati
mereka ada penyakit dan yang kasar hati mereka sesungguhnya orang-orang yang
dhalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat”.
Ayat ini
menerangkan bahwa orang yang berpenyakit dank eras hatinya akan mudah ditipu
syaitan, dan sangat sulit diajak kembali kepada jalan yang benar dan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya mereka malah memusuhi Nabi dan kaum
muslimin.
4.
Hati yang Lupa dan Lalai
Dalam Q.S. al Kahfi: 28, Allah berfirman;
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini;
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas”.
Ayat ini member
petunjuk kepada Nabi agar tidak berpaling dari sahabat-sahabatnya yang kondisi
ekonominya lemah, seperti Bilal, Amar bin Yasir dan Ibnu Mas’ud, hanya karena
menuruti permintaan pembesar-pembesar Quraisy yang sombong dan membanggakan
kekayaan mereka, lagi pula mereka telah di jadikan lalai oleh Allah.
Hati
orang-orang kafir Quraisy telah lalai dari mengingat Allah, karena mereka suka
memperturutkan hawa nafsu, senang melanggar aturan-aturan agama serta terlalu
sibuk dengan dengan urusan-urusan duniawi.
5.
Hati yang Berpaling dari Kebenaran
Dalam Q.S. al Shaf: 5, Allah berfirman;
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “hai kaumku,
mengapa kau menyakiti, sedangkan kau telah tahu bahwasesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu?”. Maka tatkala mereka berpaling dari (kebenaran) Allah
memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang
fasik”.
Ayat ini
menjelaskanbahwa umat Nabi Musa telah berbuat yang melampaui batas. Mereka
secara terang-terangan berani menganiaya Nabi Musa, padahal mereka tahu bahwa
Musa adalah Nabi dan utusan Allah yang menyaru mereka pada kebenaran. Mereka
melakukan penganiayaan terhadap Nabi Musa, karena mereka telah berpaling dari
kebenaran dan memilih jalan yang sesat. Akibat dari perbuatan tersebut Allah
benar-benar menyesatkan mereka.
6.
Hati yang Buta
Dalam Q.S. al Hajj: 46, Allah berfirman;
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, Lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, Tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
Ayat ini
memotivasi orang-orang kafir Quraisy agar melakukan perjalanan ke suatu Negara
untuk memahami dan mengamati dampak dan akibat orang-orang yang melakukan
kerusakan. Dengan cara seperti itu, diharapkan agar hati mereka hidup kembali
untuk berfikir dan telinga dapat difungsikan untuk mendengar, sehingga
terpanggil dan tergerak untuk mencari sesuatu yang terbaik dalam hidup ini.
Akan tetapi karena hati mereka telah buta, ia tidak dapat difungsikan lagi untuk
berfikir dan memahami. Bagi mereka yang buta hatinya nanti di akhirat akan
dicampakkan ke dalam neraka.
C.
Obat / Upaya Untuk Menyehatkan Hati Menurut Al Qur’an
Hati adalah
esensi dan penentu kehidupan manusia oleh karena itu menjaga hati dalam arti
selamat dari penyakit-penyakit hati seperti halnya yang terkunci, buta , keras,
lalai dan lainya adalah suatu masalah yang sangat penting pula. Untuk itu al
quran mengemukakan cara-cara untuk menjadikan hati senantiasa selamat dan sehat.
Obat / upaya tersebut diantaranya:
1.
Membaca dan Memahami
Ayat-Ayat Al Qur’an
Salah satu
tujuan diturunkanya al quran adalah untuk menjadi obat dan penyembuh penyakit
hati yang menyebabklan mnausia terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran. Al
quran memuat nasehat-nasehat dan ajaran-ajaran, selain itu juga memberikan
janji dan ancaman bahwa orang yang berbuat baik akan mendapatkan balasan surga,
sedangkan yang berbuat jelek akan mendapatkan siksa nereka.
Adanya
nasiha-nasihat yang baik dalam Al Qur’an adalah di tujukan untuk membimbing dan
mengarahkan, serta menghindarkan manusia dari penyakit-penyakit hati
yangmenimpanya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Isra’: 82, Yang berbunyi:
” Dan kami
turunkan sebagian dari alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Dan al quran itu tidak menambah hati orang-orang yang
dhalim kecuali kerugian”.
Ayat diatas
dapat di pahami bahwa Al Qur’an bias berfungsi sebagai obat dan penawar hati
manusia, khususnya hati orang-orang yang beriman. Untuk menjadikan Al Qur’an
sebagai obat dan penawar penyakli hati ia harus dibaca, dipahami lalu di
amalkan dan direlisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Berdzikir Kepada Allah
Dzikir
adalah keadaan seseorang dalam memelihara suatu keyakinan terhadap kebenaran,atau
melakukan upaya berulang-ulang dengan maksud menyabut dan mengingat apa yang
lupa serta melanggengkan suatu pengetahuan. Dzikir dalam arti yang luas bisa
berarti “ taat kepada allah”.
Al Qur’an telah
berkali-kali menyuruh manusia untuk senantiasa berdzikir kepada Allah. Sebagaimana
yang terungkap dalam QS. al-Ahzab: 41-43,
Yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan menyebut) nama
Allah, dengan berdzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang. Dialah yang member rahmat kepadamu, dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kesesatan
kepada cahaya (kebenaran). Dan Dia adalah Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman”.
Ayat ini
menjelaskan, dengan berdzikir dan bertasbih seorang mu’min akan mendapatkan
limpahan rahmat dari Allah yang mendapat curahan do’a dari malaikat. Berkat
rahmat dari Allah dan curahan do’a dari malaikat seseorang akan dikeluarkan
Allah dari kesesatan menuju kebenaran iman, dari kemaksiatan menuju ketaqwaan
dan dari keinginan-keinginan tercela menuju keinginan-keinginan terpuji.’
3.
Mengkaji dan Memahami Ciptaan Allah di Alam Semesta
Penciptaan alam
semesta dengan berbagai isi dan keajaibannya serta keunikannya, memiliki tujuan
yang besar, yang tujuan tersebut diperuntukkan manusia, agar ia mengambil
manfa’at dengan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Allah telah menegaskan
dalam Q.S. al-Baqarah: 29, yang
bunyinya:
“Dialah (Allah) yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk
kamu semua. Dan dia berkehendak menuju langit lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala Sesuatu”.
Ayat ini
menjelaskan, bahwa penciptaan bumi dan langit beserta isinya diperuntukkan
manusia agar ia memanfaatkannya demi kemaslahatan dirinya dan kesejahteraan
makhluk serta alam sekitarnya. Pemanfaatan ini bisa melalui dua cara, pertama, secara materi dalam arti segala
kekayaan alam, baik di bumi dan di langit digali dan dikelola untuk mengambil
kebutuhan manusia dan kesejahteraan makhluk lainnya. Kedua, secara abstrak, dalam arti segala yang diciptakan oleh Allah
di alam semesta ini dijadikan sebagai bahan pemikiran dan renungan, untuk
mengetahui sesuatu yang ada di balik materi, dan dari pemahaman tersebut
manusia menemukan suatu kebenaran dan mendapatkan petunjuk kepada keimanan yang
benar, yaitu iman kepada Allah.
Pemanfaatan
dengan cara kedua inilah yang diharapkan bisa menyembuhkan penyakit hati
sekaligus menjaganya dari kemunafikan dan kekufuran. Karena itu ayat-ayat yang
membicarakan proses penciptaan alam semesta, baik mengenai astronomi, geografi,
tumbuh-tumbuhan, binatang maupun penciptaan manusia, sering diikuti dengan
ajakan agar manusia menggunakan hati untuk berpikir, merasa, dan memahami.
Dengan berpikir dan merasakan, berarti memfungsikan hati sesuai dengan tujuan
Allah menciptakannya.