Senin, 01 Oktober 2012

Penyakit hati dan upaya untuk menyembuhkannya




A.     Pengertian Penyakit Hati
1.    Pengertian Hati
Term hati berasal dari bahasa Arab al qalb, sedangkan kata al qalb terbentuk dari akar kata qalaba yang berarti  membalik, karena ia sering kali berbolak balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju sekali menolak. Dan di dalam Al Qur’an banyak terdapat kata yang semakna dengan al qalb, seperti: al fuad,al lub,al nafs dan al shadr.
Secara etimologi, hati adalah segumpal daging sanubari yang lonjong yang terletak dalam rongga dada sebelah kiri, dan dikatakan al qalb karena sifatnya yang berbolak-balik. Sedangkan secara terminologi, hati adalah tempat munculnya nafsu, akal, kehendak, ilmu pengetahuan, pemahaman dan keyakinan. Karena itu hati merupakan pemimpin bagi anggota-anggota tubuh lainnya.
Menurut  Abi  Husain Ibn faris kata al qalb mempunyai makna pokok khalish syai’  wa syarafuhu (inti dari segala sesuatu dan yang paling utama).Dikatakan qalb al-insan, karena  akhlash syai’ fihi wa arfa’uhu (sesuatu yang paling inti dalam diri manusia dan yang paling mulia).
Sedangkan menurut al –Raghib al-Ashfahani, kata al qalb berarti al-tasharruf au sharfu syai’ ‘an wajh ila wajh (perubahan sesuatu dari satu arah ke arah lain). Dinamakan qalb al-insan li taqallubihi ‘an wajh ila wajh yuridu (kalbu manusia, karena berbolak-balik dari arah satu ke arah lain yang ia kehendaki) atau likatsrati taqallubihi (karena selalu berubah-ubah).
Dalam Al-Qur’an kata al qalb yang berasal dari akar kata qalaba terdapat 168, 36 berbentuk fi’il (kata kerja) dan 132 berbentuk isim (kata benda). Dari jumlah tersebut dapat dirinci, 53 terdapat dalam surah Makkiyah dan 115 dalam surah Madaniyah.
2.    Pengertian Penyakit
Term penyakit berasal dari kata dasar sakit dengan tambahan awalan peny- menjadi penyakit. Sedangkan term sakit berasal dari bahasa arab al maridl, dan kata al maridl berasal dari akar kata maridla yang berarti berubahnya kesehatan dan ketidakstabilan suatu kesehatan setelah normal atau juga berarti kondisi tidak normal yang khusus dialami manusia.
Dengan demikian kata sakit jika dikaitkan dengan hati berarti hati yang tidak sehat karena menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuknya yang bersifat baik dan benar. Dalam Al Qur’an kata maridla dan yang seakar dengannya dipergunakan untuk menunjukkan penyakit fisik (jasmani) dan penyakit hati (rohani).
Penyakit fisik berarti penyakit yang menyerang organ-organ fisik manusia. Sedangkan penyakit hati berarti penyakit yang mengganggu kegiatan hati yang normal, Seperti penyakit penyakit kufur, munafik, hasud, dengki, dan sifat-sifat tercela yang lainnya.
Kata maridla yang mengiringi kata al qalb dalam Al Qur’an ditemukan sebanyak 10 kali. Masing-masing terdapat dalam QS. al Baqarah: 10, QS. al Maidah: 50, QS. al Anfal: 49, QS. al Taubah: 125, QS. al Nur: 50, QS. al Ahzab: 12,32,60, QS. Muhammad: 20,29, dan QS. al Mudatstsir: 31. 
B.     Macam – Macam Penyakit Hati Dalam Al Qur’an
Penyakit hati secara umum dinisbatkan kepada orang-orang munafiq, orang-orang yahudi orang-orang kafir, disamping itu juga dinisbatkan kepada orang-orang yang imannya lemah. kekufuran dan kemunafikan merupakan penyakit hati yang sangat membahayakan, karena dapat menyebabkan perkataan dusta, sikap dan perilaku tercela, menghilangkan keimanan dan menghancurkan agama islam. Penyakit hati yang menimpa orang munafiq, yahudi dan orang-orang kafir terdapat dalam ayat-ayat Al Qur’an. Di antaranya adalah:
1.    Hati yang Bimbang dan Ragu
Dalam Q.S. al Taubah: 45, Allah berfirman;
                   
“Sesungguhnya yang akan minta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dengan keragu-raguan mereka”.
Ayat ini menerangkan orang-orang munafik yang sangat penakut dan licik dalam menghadapi peperangan. Sifat penakut ini muncul karena mereka bimbang untuk memilih antara beriman atau kafir dan merasa ragu untuk menerima ajaran-ajaran dan kebenaran aqidah islam.
2.    Hati yang Terkunci
Dalam Q.S. al Nisa’: 155, Allah berfirman;
“Maka (kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan) di sebabkan mereka melanggar perjanjian-perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuk Nabi-nabitanpa (alas an) yang benar, dan mereka mengatakan: “hati kami tertutup”. Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafiran mereka, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka”.
Ayat ini menerangkan kejelekan-kejelekan orang-orang munafik,yaitu: mereka suka ingkar janji, kufur terhadap ayat-ayat Allah, secara terang-terangan berani membunuh para Nabi dan utusan Allah, sedikit pun tidak mau mendengarkan nasihat dan dakwah Rasulullah, dengan alasan: hati mereka terkunci, karena sikap dan perbuatan mereka; hati mereka tidak bias merasakan manisnya iman dan tidak akan mendapat petunjuk dari Allah.
3.    Hati yang Keras Membeku
Dalam Q.S. al Hajj: 53, Allah berfirman;
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang didalam hati mereka ada penyakit dan yang kasar hati mereka sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat”.
Ayat ini menerangkan bahwa orang yang berpenyakit dank eras hatinya akan mudah ditipu syaitan, dan sangat sulit diajak kembali kepada jalan yang benar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya mereka malah memusuhi Nabi dan kaum muslimin.
4.    Hati yang Lupa dan Lalai
Dalam Q.S. al Kahfi: 28, Allah berfirman;
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Ayat ini member petunjuk kepada Nabi agar tidak berpaling dari sahabat-sahabatnya yang kondisi ekonominya lemah, seperti Bilal, Amar bin Yasir dan Ibnu Mas’ud, hanya karena menuruti permintaan pembesar-pembesar Quraisy yang sombong dan membanggakan kekayaan mereka, lagi pula mereka telah di jadikan lalai oleh Allah.
Hati orang-orang kafir Quraisy telah lalai dari mengingat Allah, karena mereka suka memperturutkan hawa nafsu, senang melanggar aturan-aturan agama serta terlalu sibuk dengan dengan urusan-urusan duniawi.
5.    Hati yang Berpaling dari Kebenaran
Dalam Q.S. al Shaf: 5, Allah berfirman;
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “hai kaumku, mengapa kau menyakiti, sedangkan kau telah tahu bahwasesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?”. Maka tatkala mereka berpaling dari (kebenaran) Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang fasik”.
Ayat ini menjelaskanbahwa umat Nabi Musa telah berbuat yang melampaui batas. Mereka secara terang-terangan berani menganiaya Nabi Musa, padahal mereka tahu bahwa Musa adalah Nabi dan utusan Allah yang menyaru mereka pada kebenaran. Mereka melakukan penganiayaan terhadap Nabi Musa, karena mereka telah berpaling dari kebenaran dan memilih jalan yang sesat. Akibat dari perbuatan tersebut Allah benar-benar menyesatkan mereka.
6.    Hati yang Buta
Dalam Q.S. al Hajj: 46, Allah berfirman;
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, Lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, Tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
Ayat ini memotivasi orang-orang kafir Quraisy agar melakukan perjalanan ke suatu Negara untuk memahami dan mengamati dampak dan akibat orang-orang yang melakukan kerusakan. Dengan cara seperti itu, diharapkan agar hati mereka hidup kembali untuk berfikir dan telinga dapat difungsikan untuk mendengar, sehingga terpanggil dan tergerak untuk mencari sesuatu yang terbaik dalam hidup ini. Akan tetapi karena hati mereka telah   buta, ia tidak dapat difungsikan lagi untuk berfikir dan memahami. Bagi mereka yang buta hatinya nanti di akhirat akan dicampakkan ke dalam neraka.
C.      Obat / Upaya Untuk Menyehatkan Hati Menurut Al Qur’an
Hati adalah esensi dan penentu kehidupan manusia oleh karena itu menjaga hati dalam arti selamat dari penyakit-penyakit hati seperti halnya yang terkunci, buta , keras, lalai dan lainya adalah suatu masalah yang sangat penting pula. Untuk itu al quran mengemukakan cara-cara untuk menjadikan hati senantiasa selamat dan sehat. Obat / upaya tersebut diantaranya:
1.     Membaca dan Memahami Ayat-Ayat Al Qur’an
Salah satu tujuan diturunkanya al quran adalah untuk menjadi obat dan penyembuh penyakit hati yang menyebabklan mnausia terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran. Al quran memuat nasehat-nasehat dan ajaran-ajaran, selain itu juga memberikan janji dan ancaman bahwa orang yang berbuat baik akan mendapatkan balasan surga, sedangkan yang berbuat jelek akan mendapatkan siksa nereka.
Adanya nasiha-nasihat yang baik dalam Al Qur’an adalah di tujukan untuk membimbing dan mengarahkan, serta menghindarkan manusia dari penyakit-penyakit hati yangmenimpanya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Isra’: 82, Yang berbunyi:
” Dan kami turunkan sebagian dari alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan al quran itu tidak menambah hati orang-orang yang dhalim kecuali kerugian”.
Ayat diatas dapat di pahami bahwa Al Qur’an bias berfungsi sebagai obat dan penawar hati manusia, khususnya hati orang-orang yang beriman. Untuk menjadikan Al Qur’an sebagai obat dan penawar penyakli hati ia harus dibaca, dipahami lalu di amalkan dan direlisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Berdzikir Kepada Allah
Dzikir adalah keadaan seseorang dalam memelihara suatu keyakinan terhadap kebenaran,atau melakukan upaya berulang-ulang dengan maksud menyabut dan mengingat apa yang lupa serta melanggengkan suatu pengetahuan. Dzikir dalam arti yang luas bisa berarti “ taat kepada allah”.
Al Qur’an telah berkali-kali menyuruh manusia untuk senantiasa berdzikir kepada Allah. Sebagaimana yang terungkap dalam QS. al-Ahzab: 41-43, Yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah, dengan berdzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang member rahmat kepadamu, dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kesesatan kepada cahaya (kebenaran). Dan Dia adalah Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”.
Ayat ini menjelaskan, dengan berdzikir dan bertasbih seorang mu’min akan mendapatkan limpahan rahmat dari Allah yang mendapat curahan do’a dari malaikat. Berkat rahmat dari Allah dan curahan do’a dari malaikat seseorang akan dikeluarkan Allah dari kesesatan menuju kebenaran iman, dari kemaksiatan menuju ketaqwaan dan dari keinginan-keinginan tercela menuju keinginan-keinginan terpuji.’
3.    Mengkaji dan Memahami Ciptaan Allah di Alam Semesta
Penciptaan alam semesta dengan berbagai isi dan keajaibannya serta keunikannya, memiliki tujuan yang besar, yang tujuan tersebut diperuntukkan manusia, agar ia mengambil manfa’at dengan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Allah telah menegaskan dalam Q.S. al-Baqarah: 29, yang bunyinya:
            
“Dialah (Allah) yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk kamu semua. Dan dia berkehendak menuju langit lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala Sesuatu”.
Ayat ini menjelaskan, bahwa penciptaan bumi dan langit beserta isinya diperuntukkan manusia agar ia memanfaatkannya demi kemaslahatan dirinya dan kesejahteraan makhluk serta alam sekitarnya. Pemanfaatan ini bisa melalui dua cara, pertama, secara materi dalam arti segala kekayaan alam, baik di bumi dan di langit digali dan dikelola untuk mengambil kebutuhan manusia dan kesejahteraan makhluk lainnya. Kedua, secara abstrak, dalam arti segala yang diciptakan oleh Allah di alam semesta ini dijadikan sebagai bahan pemikiran dan renungan, untuk mengetahui sesuatu yang ada di balik materi, dan dari pemahaman tersebut manusia menemukan suatu kebenaran dan mendapatkan petunjuk kepada keimanan yang benar, yaitu iman kepada Allah.
Pemanfaatan dengan cara kedua inilah yang diharapkan bisa menyembuhkan penyakit hati sekaligus menjaganya dari kemunafikan dan kekufuran. Karena itu ayat-ayat yang membicarakan proses penciptaan alam semesta, baik mengenai astronomi, geografi, tumbuh-tumbuhan, binatang maupun penciptaan manusia, sering diikuti dengan ajakan agar manusia menggunakan hati untuk berpikir, merasa, dan memahami. Dengan berpikir dan merasakan, berarti memfungsikan hati sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya.
                                                

                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar